http://Rajawali times.id Jakarta, Sabtu 8 Maret 2025 Lini massa diramaikan dengan berita kader-kader PSI yang masuk dalam struktur kepengurusan soal ‘FOLU Net Sink’. Plus tuduhan yang katanya menghamburkan uang rakyat, perkoncoan (nepotisme) dan berbagai persangkaan yang bernada minor lainnya.
Tapi apa sebenarnya yang terjadi? Apa itu FOLU Net Sink? Dan bikin apa kader-kader PSI di situ? Apakah Lembaga ini pakai duit rakyat (APBN)? Berapa besar sih ‘duit rakyat’ yang dialokasikan di situ? Pertanyaan-pertanyaan yang wajar sebetulnya, tapi tak perlu dengan nada yang negatif dan bernuansi kenyinyiran, bisa jadi suudzon nanti.
Mari kita cermati dan kaji bersama perihal di atas. Yang terjadi adalah Indonesia mendapat bantuan dari pemerintah Norwegia. Norwegia ini negara asal bintang sepak bola Erling Haaland dan Martin Odegaard. Keduanya membintangi klub elit Mancheter United dan Arsenal di liga premier Inggris.
Kembali ke soal bantuan Norwegia untuk Indonesia. Bantuan apa?
Bantuan dalam bantuk dana untuk keperluan FOLU Net Sink 2030. FOLU singkatan dari Forestry and Other Land Use atau pemanfaatan hutan dan penggunaan lahan. Sedangkan Net Sink adalah penyerap karbon yang menyerap lebih banyak karbon setiap tahun daripada yang dipancarkannya, sebutlah penyerap karbon bersih.
Jadi FOLU Net Sink 2030 adalah sebuah kondisi yang ingin dicapai melalui aksi mitigasi penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dari sektor kehutanan dan lahan dengan kondisi dimana tingkat serapan sudah lebih tinggi dari tingkat emisi pada tahun 2030.
Begitu singkatnya. Jadi memang benar pakai duit rakyat, tapi rakyat Norwegia (yang kaya raya) bukan rakyat Indonesia (yang lagi marah gegara duit mereka dimakan mafia migas). Begitu cerita sebenarnya.
Kita pantas untuk berterima kasih kepada pemerintah dan rakyat Norwegia yang aktif berpartisipasi untuk menyelamatkan bumi dari ulah mereka yang telah memanaskan bumi (dalam konteks global warming).
Dan juga berterima kasih kepada mayoritas rakyat Indonesia yang tidak nyinyir dan ikut-ikutan memanaskan suasana dengan ikut menyebarkan hoaks.
Kabarnya ada dana dari pemerintah Norwegia (sekitar 100 juta dollar) untuk keperluan mengatasi Gas Rumah Kaca (GRK), tapi – entah mengapa – selama ini ‘cuma’ terpakai sekitar 25-26 persennya saja. Sayang sekali.
Maka oleh menteri kehutanan yang sekarang, Raja Juli Antoni (beliau juga masih merangkap sebagai Sekretaris Jenderal Partai Solidaritas Indonesia / PSI), ingin dana bantuan ini dioptimalisasi pemanfaatannya.
Selain menghormati pihak pemberi dana, juga demi menyukseskan program FOLU Net Sink yang juga membawa manfaat besar bagi rakyat Indonesia.
Maka dibentuklah tim kerja yang disebut Operation Management Office (OMO) Indonesia Forestry and Other Land Use (FOLU) Net Sink 2030. Tim ini dibiayai lewat dana bantuan pemerintah Norwegia, bukan dari APBN.
Maka mudah dipahami jika Menteri Kehutanan segara menyusun tim kerja yang bisa ia percaya (artinya yang selama ini ia yakini komitmennya) sekaligus juga merekrut orang-orang yang memiliki kompetensi di bidang lingkungan. Karena pekerjaannya beragam dan kerangka waktu (time-frame) sampai tahun 2030.
Maka muncullah kombinasi atau racikan tim FOLU Net Sink yang Salinan dokumennya telah beredar lewat gawai kita masing-masing. Kepercayaan dan kompetensi, dua sisi penting dari suatu tim kerja demi mengoptimalkan kinerja di bawah koordinasi dan pengawasan menteri kehutanan.
Ini kerja besar yang spektrum kepentingannya adalah global. Disamping itu, kita juga tidak boleh menyia-nyiakan dana bantuan yang sudah digelontorkan pemerintah Norwegia untuk kita. Dari kacamata mereka, dana ini seyogianya dimanfaatkan oleh Indonesia seoptimal mungkin demi kemaslahatan umat manusia pada umumnya dan kelestarian lingkungan Indonesia pada khususnya.
Pancasila merumuskannya dalam sila kelima, demi ‘Kemanusiaan yang adil dan beradab’, atau faham internasionalisme yang dengan gempita digaungkan dalam pidato Bung Karno di depan sidang Perserikatan Bangsa Bangsa.
Sedikit mengenai perhatian Norwegia terhadap pelestarian lingkungan hidup. Negara ini boleh dibilang terdepan dalam urusan keberlanjutan lingkungan. Banyak kemajuan signifikan dalam inisiatifnya untuk mengurangi emisi dan penggunaan energi terbarukan.
Tantangan Norwegia dan kebanyakan negara-negara maju lainnya adalah soal polusi udara yang diiringi hilangnya keanekaragaman hayati. Dalam soal penggunaan kendaraan listrik, di Norwegia lebih dari 80% mobil penumpang baru bertenaga Listrik, itu data tahun 2022. Sekarang tentu sudah bertambah. Isu pengoplosan bensin tidak dikenal oleh mereka.
Soal pengelolaan limbah, Norwegia memiliki fasilitas pengolahan limbah yang sangat baik, dengan hampir setengah dari limbah kota diolah dengan insinerasi dengan pemulihan energi. Ini juga berdampak pada kualitas udara. Empat kota utamanya berada di peringkat 20 teratas Indeks Kualitas Udara Kota Eropa.
Kualitas air. Norwegia memiliki sumber daya air yang melimpah, dengan sekitar 90% penduduk Norwegia memiliki akses ke air minum yang diolah. Begitu ciri-ciri negara maju. Indonesia pun sedang mengarah ke sana. Kita terus bergerak menuju Indonesia Emas 2045, sambil berpartispasi merawat bumi. Norwegia adalah mitra strategis kita dalam merawat bumi.
Di tengah kenyinyiran dan dan salah pengertian, kita tak kenal lelah mencerahkan lewat edukasi. Selangkah demi selangkah bergerak untuk “Bersama kita wujudkan masa depan Indonesia yang lebih hijau dan berkelanjutan”. Ujar Andre Vincent Wenas*,MM,MBA., Pemerhati Ekonomi dan Politik, Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis PERSPEKTIF (LKSP), Jakarta.
Redaksi Piter Siagian AMd