Demi Sarjana, Yatim-piatu Mahasiswa STAIN Madina Ini Rela Jual Kacang Tojen Jalan Kaki

http://Rajawali Times.id Madina – Kisah seorang mahasiswa sekolah tinggi islam negeri Mandailing Natal (STAIN Madina) bernama Rahmat Nasution tanpa kedua orang tuanya yang berjualan Kacang Tojen dengan berjalan kaki hingga malam hari demi mengejar cita-cita seorang sarjana.

Diceritakan Rahmat Nasution, dirinya sempat tinggal bersama kakak kandungnya yang sudah berumah tangga yang juga ekonominya sangat tergolong rendah usai kedua orang tuanya ayah dan ibunyaeninggal dunia.

Bacaan Lainnya
banner 300x250

Pada saat itu dirinya masih duduk dibangku Sekolah menengah pertama (SMP) hingga kuliyah Rahmat Nasution tetap semngat mencari rezeki tanpa kedua orang tuanya dan dirinya kini sudah jauh dari saudara kandungnya bahkan Rahmat kekampus tidak malu membawa dagangannganya untuk menyambung hidup dan meneruskan cita-citanya.

“Dari dulu saya tidak mau membebani saudaraku bang kan saudaraku juga ekonominya sangat rendah bang jadi dulu aku sering bantu bantu kerumah orang apa aja yang bisa aku kerjakan dan saat ini alhamdulillah aku sudah semester VIII fakultas tarbiyah keguruan dan setiap hari aku berjualan kekampus, keruang dosen bahkan ke kos-kosan teman kampus yang ada disekitaran kampus,” kata Rahmat Nasution kepada Waratwan, kamis (08/05/2025).

Rahmat Nasution menceritakan dirinya sering makan nasi kuah tanpa lauk jika dagangannya tidak laku, bahkan dirinya rela berjualan dengan berjalan kaki hingga puluhan kilometer sampai tengah malam sementara paginya ia harus bangun pagi lagi untuk mengejar mata kuliyahnya di kampus.

“Aku kekampus jam 7:30 wib sedang aku berjualan kadang sampe jam 3 pagi, kalau makan tidak pake lauk itu sudah biasa apalagi sewaktu penjualan merosot bang, kan jualan ini punya tetangga tempat kosan aku sesudah laku baru aku bayar kepada ibu tetangga aku itu bang,” ujarnya.

Meski nasib Rahmat Nasution tidak sebaik mahasiswa pada umumnya, dengan berjualan kacang Tojen dengan penghasilan Rp40 ribu perharinya tapi semangat dirinya tak pernah surut bahkan dirinya berharap suatu saat nanti bisa membeli sepeda saja sudah bersyukur agar dirinya lebih mudah kekampus dan berjualan keliling,

“Paling tidak punya sepeda aja udah sukur bang apalagi saat ini aja, aku terkadang masih kesulitan membayar uang kos senilai Rp 300 Ribu perbulannya tapi kadang aku terpaksa pinjam duit teman untuk bayar kos baru nantinya aku cicil,” ungkapnya.

Rahmat punya impian saat ini, jika memiliki rezeki dalam waktu dekat ini akan bisa membeli labtop bekas saja supaya dirinya tidak lagi kewarung internet (Warnet) jika mengerjakan tugas dari kampus dan sampai saat ini dirinya masih berfikir terus bagaimana dia bisa memiliki biaya untuk menuntaskan wisudanya.

“Sulitnya bang jika ada tugas dari kampus aku terpaksa ke warnet untuk mengerjakannya tapikan aku jualan sampe malam pas aku nanti mau ke warnet udah pada tutup bang, terkadang aku terpaksa siang aku sempatkanlah ke warnet bang,” Tuturnya.

Hingga saat ini, Rahmat terus berjuang tanpa ayah dan ibunya bahkan tanpa bantuan saudara kandungnya sekalipun hingga pemerintah baik pusat maupun daerah ia terus mengejar cita-citanya, dulu sewaktu baru masuk kuliah dia sempat bermohon kepihak kampus agar dirinya gratis berkuliah di Kampus STAIN Madina.

“Aku gak tau apakah ada PIP di kampus itu tapi dulu sewaktu baru masuk kuliyah sempat minta gratis kuliyah karena aku sudah tidak punya kedua orang tuaku lagi, tapi tidak bisa kata pihak kampus namun aku diberi keringanan boleh berjualan kedalam kampus,” bebernya.

Diakhir cerita, Rahmat Nasution ini tampak tidak mau berharap belaskasihan dari orang lain akan tetapi dirinya punya rasa semangat yang tak pernah surut dan patut dijadikan inspiratif. Meski taktau bisa jadi apa usai mencapai seorang sarjana dirinya mengaku lulus sarjana saja sudah suatu kebanggaan bagi dirinya.

“Lulus sarjana saja sudah bersyukur bang, kalau pekerjaan nantinya sesudah sarjana disitulah dipikirkan kembali yang penting saat ini aku masih fokus untuk wisuda ini bang,” tutupnya sambil berpamitan untuk pergi berjualan kacang tojennya lagi, sementara waktu sudah menujukan pukul 1:00 wib dini hari.

(Magrifatulloh)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *