http://Rajawali times.id Jakarta- Pesta Bona Taon Sagala Raja telah rampung diselenggarakan pada minggu kemarin pada 13 April 2025. Acara tersebut dilakukan sekaligus pergantian Ketua Umum dari Ketua Umum sebelumnya Sahala Parningotan Sagala ke Liander Sagala sebagai Ketua Umum terpilih.
Ketua Umum terpilih, Liander Sagala mengatakan dirinya akan meneruskan program yang sudah ada dari kepengurusan sebelumnya dan akan membuat kegiatan baru yang belum ada terutama sektor Naposo (Kepemudaan).
“Punguan (perkumpulan) Parsadaan Sagala Raja ini kan Organisasi sosial, untuk mempersatukan seluruh marga atau boru Sagala se Jabodetabek” kata Liander saat dihubungi, Selasa (15/4/25).
Lebih lanjut, Liander membeberkan Punguan Parsadaan ini kedepannya tidak hanya akan ada disaat anggota atau saudara saat sukacita, melainkan saat dukacita juga akan selalu hadir.
“Dan juga, untuk generasi penerus yang berprestasi akan ada penghargaan untuk menambah semangat dalam menuntut ilmu” katanya.
Sementara itu, Ketua Umum sebelumnya, Sahala Parningotan Sagala mengatakan, dirinya merasa sangat puas dengan Bona Taon Parsadaan Sagala Raja kali ini karena ada yang istimewa pada acara tersebut.
“Pada acara Bona Taon Parsadaan Sagala Raja kali ini, yang spesial kita juga mengundang Punguan Sagala Raja dan Sagala Hutabalian. Mereka turut hadir dan memeriahkan acara tersebut” kata Sahala.
Sahala menyebut, Marga Sagala bisa di mana saja, tetapi ketika saat pesta adat, Marga Sagala tetap satu dan bersatu.
“Unang Pajolo Gogo, Papudi Uhum. Artinya kan jangan mendahulukan ego atau mengedepankan kekuatan atau kekuasaan dan mengabaikan hukum” katanya.
Penasehat Parsadaan Sagala Raja, Olo Tua Sagala mengatakan, acara Bona Taon Parsadaan Sagala Raja sukses dilakukan dan lebih meriah dari tahun-tahun sebelumnya.
“Iya karena kita juga tidak boleh melupakan adat kita, leluhur kita. Kita ini (Marga Sagala) adalah Putra Sianjur Mula-Mula yang dimana itu merupakan asal usul orang batak” Kata Olo Tua saat dihubungi, Selasa (15/4/25).
Terakhir, Olo Tua juga mengatakan pada prinsipnya orang batak itu memegang teguh dalihan na tolu yakni, somba hula-hula, elek marboru, dan manat mardongan tubu.
“Artinya kan somba marhula-hula itu hormat keluarga marga istri atau ibu kita dalam berbagai aspek kehidupan. Kemudian elek marboru itu menyayangi, dan mengayomi saudara perempuan satu marga, dan yang terakhir manat mardongan tubu itu menjaga tali persaudaraan dan menghormati saudara semarga” pungkasnya.
Chrdn